Archive for February, 2010

>Deteksi Belt Skutik Mau Putus, Waspada Setelah 15-20 Ribu Km

February 27, 2010

>OTOMOTIFNET – Prinsip dasar kerja belt CVT pada motor skutik yakni mirip dengan rantai di motor non skutik. Nah masalahnya, part ini enggak selalu dapat dipantau karena posisinya yang tertutup boks CVT. Pentingkah memantau belt CVT?

Pasti! Sebab tali penghantar reduksi ini bisa saja putus karena pemakaian dan umur dari belt itu sendiri. Nah berhubung peranti ini enggak kelihatan, tentu ada cara tersendiri untuk mendeteksi belt yang mau putus tanpa harus buka boks CVT.

Caranya? Gini, sebenarnya belt yang sudah hampir die bisa dirasakan saat motor itu dipakai jalan. Umumnya, sabuk penggerak ini punya umur pemakaian hingga 15–20 ribu kilometer. Jika lewat dari kilometer yang ditentukan pabrik, baiknya rider harus waspada!

Ciri-cirinya? Nah menurut Bambang Suryo dari bengkel Putra Racing Sport, belt yang sudah minta ganti akan menimbulkan suara berisik pada rumah CVT. Selain itu, juga berdampak negatif saat motor diajak berakselerasi.

“Saat gas diputar, tenaga yang dihasilkan tidak sesuai dengan putaran mesin atau selip,” jelas Bambang yang punya workshop di daerah Pondok Gede, Jaktim ini. Masih kurang yakin?


Gbr 1

Gbr 2

Gbr 3

Gbr 4

Pada ambang batas pemakaian 15 – 20 ribu kilometer, periksa kondisi fisik belt di dalam rumah CVT. “Biasanya kalau mau putus, terdapat keretakan pada belt bagian yang bergigi di sisi dalam (gbr.1),” lanjut bapak satu anak ini.

Selain itu, sudut di sisi samping belt terlihat lebih ramping atau tajam (gbr.2) dibanding belt standar. Bisa begitu lantaran permukaan tersebut terus-menerus bergesekan dengan puli (gbr.3) dan minim perawatan.

Gak mau usia belt cepat rusak? Kalau gitu, lakukan perawatan sederhana. Tinggal bongkar rumah CVT dan bersihkan debu-debu yang hinggap di belt dan sekitarnya pakai angin kompresor. Siklus perawatan tersebut bisa dilakukan tiap 3 kali masa penggantian oli mesin.

Atau dengan cara lain, yaitu melumasi perangkat CVT (gbr.4) menggunakan gemuk khusus. Eits, tapi jangan sembarangan melumasi bagian tersebut, sebab kalau salah bisa berakibat tarikan jadi selip karena belt gak bisa mencengkram puli.

Bagian yang dimaksud yakni dalam mangkok CVT yang bisa bikin belt kendur-kencang saat motor berakselerasi. “Di bagian dalam mangkok tersebut terdapat pelor-pelor. Nah pelor itulah yang harus diberi gemuk secukupnya,” tutup Bambang.

Sumber : ototips.otomotifnet.com

>Deteksi Sekring Suzuki Thunder 125 Sering Putus

February 26, 2010

>OTOMOTIFNET – Sebut saja Bayu Maulana, pemilik Thunder 125 edisi 2008 ini bingung karena sekring motornya putus berkali-kali. “Setelah ganti kabel bodi baru yang harganya di atas Rp 300 ribuan, baru deh bisa normal lagi,” bilangnya.

Menurut Ari Kristanto dari GMotor, sekring Thundie sering putus pemicunya banyak hal dan di motor standar pun hal itu bisa saja terjadi.

Hal senada dibilang Benny Rachmawan dari Mitra2000. “Intinya, sekring putus itu disebabkan adanya arus pendek atau korsleting di bagian kabel bodi,” ujar pria berbadan subur ini.

Misal kawat kabel saling bersentuhan, pamasangan kabel tambahan atau kelebihan beban listrik akibat pemakaian peranti tambahan seperti klakson mobil atau spion sein. Nah dengan mendeteksi beberapa bagian, masalah sekring Thunder bisa teratasi. Apa aja tuh?

Pertama, periksa rangkaian beban seperti klakson atau lampu sein, baik yang standar atau optional. Kalau sekring putus ketika klakson ditekan, berarti masalah ada di rangkaian klakson. Begitupun dengan rangkaian lainnya seperti lampu utama dan sein.

“Intinya kalau putus ketika suatu kelistrikan diaktifkan, berarti di situ sumber masalahnya,” jelas Ari. Solusinya, cek dan urut lagi kabel-kabel yang berhubungan dengan rangkaian tersebut.


Gbr 1

Gbr 2

Gbr 3

Gbr 4

“Kalau ada sambungan kabel atau soket yang gak kencang, bisa bikin korsleting,” jelas Benny lagi. Masih sering putus juga? Coba cek kabel bodi utama yang ada di bawah tangki dekat komstir (gbr.1). Pada posisi itu, kabel bodi rawan tergencet komstir atau tangki saat setang dibelokkan.

“Kalo sudah begitu, kabel bisa terkelupas dan kontak dengan kabel lain atau sasis yang akhirnya bikin korslet,” ujar mekanik asal Yogya ini sambil bilang baiknya posisikan kabel bodi di bawah tangki di daerah cukup bebas atau lapang.

Nah kalau yang satu ini khusus buat yang sudah aplikasi CDI racing. Salah penempatan CDI ternyata bisa bikin sekring putus! Bisa begitu lantaran posisi peletakan CDI yang kontak langsung dengan sasis motor alias tanpa bantalan (gbr.2).

“Getaran yang dihasilkan mesin lewat sasis dapat merusak rangkaian di dalam CDI. Itu sebabnya mengapa hampir semua CDI standar pabrik pada tiap motor gak dibaut menyatu sasis, melainkan hanya di ‘slot’ dengan bahan karet yang notabennya dapat meredam getar,” urai Ari.

Selain itu, ada anggapan bahwa mengganti jenis dan model sekring dapat memecahkan masalah. Ngawur! Kalaupun diganti, alasannya hanya sekadar kebutuhan model sekring yang lebih mudah didapat seperti sekring mobil (gbr.3).

Sedang untuk ukuran ampere, baiknya tetap pakai ukuran ampere standar yakni 15 ampere (gbr.4). “Kalau sekring sering putus, angka ampere jangan dinaikan, karena bisa berakibat fatal seperti terbakar. Toh, kalau kabel bodi sehat, cukup pakai 15 ampere, pasti tokcer,” tutup Ari.

Sumber : ototips.otomotifnet.com

>Atasi Lampu Panel Yamaha Scorpio Mati, Cukup Panjangkan Kabel

February 25, 2010

>OTOMOTIFNET – Kerlingan lampu di pasar malam, tentunya membuat suasana jadi lebih meriah. Tetapi kalau lampu panel instrumen kedip-kedip alias tidak menyala dengan konstan, tentu membuat penunggangnya tidak betah, selain itu konsentrasi berkendara pun jadi terganggu dan membahayakan. Kenapa itu bisa terjadi, seperti pada Yamaha Scorpio ini?

TERTARIK
Menurut Sutrisno, dari bengkel Jawa Motor, (JM) di Jl. Palmerah Barat, Jakbar, banyak yang menyangka lampu panel yang kerap putus, sehingga lampunya diganti.

“Ternyata masalahnya bukan dari lampunya,” ujar lelaki yang disapa Tris itu. Ia pun mengatakan, tunggangan lain seperti Honda Tiger pun ada yang bermasalah serupa.


Gbr 1

Gbr 2

Gbr 3

Gbr 4

Sejatinya, lampu panel instrumen bisa menerangi semua keterangan yang tertera pada panelnya, mulai dari spidometer, takometer serta keterangan-keterangan lain yang diperlukan pengendara (gbr.1).

Lantas, ketika lam­punya tidak me­nyala sempurna, ten­tu membuat in­formasi-informasi dari panel instrumen pun tak terlihat. Memang, saat berkendara tidak selalu melihat panel ini, tetapi cahaya yang hidup mati akan mengganggu.

Biasanya ditandai dengan matinya lampu saat setang dibelokkan (gbr.2), kemudian setelah diluruskan kembali, lampu pun menyala lagi, normal seperti tak terjadi masalah apa pun.

Menurut lelaki asal Semarang itu, permasalahan yang terjadi sebenarnya ada pada kabel yang mengantarkan arus pada lampu-lampu di panel tersebut, ukurannya kecil, pada segelondong kabel yang terbungkus terdiri dari berbagai kabel kecil (gbr.3).


Gbr 5

Karena sudah dipakai cukup lama, besar kemungkinan kabel tersebut getas dan tidak elastis lagi. Perlu ganti kabel baru? Wah, tentunya akan mengeluarkan biaya cukup besar.

“Tak perlu ganti kabel baru, cukup perpanjang saja kabelnya, sehingga saat setang dibelokkan tak tertarik,” ujarnya. Maka, cukup sediakan beberapa kabel serupa, jika dapat dengan warna yang sama, sebagai penyambung kabel lama (gbr.4).

Tetapi sebelum memperpanjang perhatikan titik sambungnya, usahakan tidak memotong kabel yang terlalau sering bergera-gerak, seperti pada bawah setang. Sambungkanlah kabel yang ada di balik tangki (gbr.5).

Selain tampak rapi, juga kemungkinan tertarik-tarik kembali pun menjadi sangat kecil. Mudah dan murah bukan solusinya?

Sumber : ototips.otomotifnet.com

>Subtitusi Pelat Kopling CBR150, Pakai Punya Jupiter MX Cuma Ceban!

February 24, 2010

>OTOMOTIFNET – Pemilik Honda CBR150 dijamin geleng kepala jika tahu harga pelat kopling alias pelat gesek orisinal dijual Rp 95 ribu per buah. Padahal, pemakaian pelat gesek lebih dari sebuah. Sudah mahal, belum tentu tersedia di bengkel umum lantaran spesies motor sport ini masih impor Thailand.

Tetapi jangan lantas putus asa, apalagi sampai menjual motor kesayangan lantaran hal yang satu ini. Sudah ada kok solusi jitu agar CBR150 bisa tetep eksis di jalan raya. “Silakan pakai pelat gesek milik Yamaha Jupiter MX135LC,” tutur Kiki Gustiawan dari Joery Racing. Cihui!

PROSEDUR SAMA

Menurut mekanik bertubuh gambot ini, pelat gesek CBR150 yang terkenal mahal dan langka ini punya dimensi yang sama dengan Yamaha Jupi MX. Pastinya, harga per buahnya enggak bikin sakit kepala. “Paling mahal cuma ceban alias Rp 10 ribu,” jelas tuner yang bermarkas di Kebon Jeruk, Jakbar ini.


Gbr 1

Gbr 2

Gbr 3

Gbr 4

Memang, penggantian pelat gesek tak seperti filter oli atau busi yang mesti ganti setiap 5.000 km. Biasanya, motor dengan jarak tempuh di atas 20.000 km sudah minta ganti kampas kopling dan pelat gesek. Maklum, namanya juga motor sport yang memiliki tenaga besar.

Cara penggantiannya pun tak beda dengan prosedur biasa. Tinggal buka penutup bak kopling dengan mengendurkan baut pengikat, dilanjutkan dengan membuka 4 buah baut pengikat per kopling (gbr.1). “Biar enggak mental, sisakan sebuah per kopling yang sudah diganjal pelat,” wanti Juki, panggilan akrabnya.

Setelah rumah kopling terurai tinggal perhatikan pelat gesek yang sudah gosong (gbr.2). Indikasinya dengan warna pelat yang sudah menghitam dengan sedikit efek pelangi. Penggantian bisa sesuai pelat gesek yang gosong atau ganti semua saja biar umur pakainya sama. “Murah ini lah,” terang Juki.

Upayakan untuk sekaligus mengganti kampas kopling biar daleman dalam kondisi baru semua (gbr.3). “Pelat kopling bisa sekalian pakai Yamaha Jupiter MX135 juga, kalau mau pahe,” jelas pria berambut tipis ini.

Meski tak sekuat kampas kopling orisinal, tetapi masih bisa ditolerir selama pemakaian dalam batas wajar alias enggak keseringan digeber atau slip kopling. Namanya juga pahe.

CBR bisa ngacir lagi..!

Sumber : ototips.otomotifnet.com

>Pasang Stoplamp LED Di Thunder 125, Tahan Sampai 2 Tahun!

February 23, 2010

>OTOMOTIFNET – Motomania pasti enggak mau mengalami kejadian nahas seperti yang dialami Adhi. Pembesut Suzuki Thunder 125 ini tertabrak pengendara lain dari belakang. Penyebabnya cukup sepele, lampu rem mati karena bohlam putus. Jadi saat mengerem, pengendara di belakangnya tak tahu, kaget dan brukkkk… serudukan sulit dihindari!

“Lampu remnya memang suka mati, bohlamnya belum lama diganti, eh putus lagi! Memang harganya murah dan menggantinya pun gampang, tapi kalo putus terus bisa berabe, bikin celaka gini,” keluhnya.

Dengan rasa ingin tahu yang besar penyebab sering putusnya bohlam, warga Jaksel ini langsung bertanya pada salah satu pawang Thunder 125. Dan ternyata tak hanya dirinya yang mengalami nasib serupa! Waduh…

“Masalahnya di kabel massa atau ground fitting lampu rem yang hanya menjepit rumah bohlam (gbr.1), akibatnya arus putus-nyambung, ditambah lagi getaran dari mesin, efeknya bohlam gampang putus. Beda dengan motor lain yang disolder,” ujar Andryanto, dari bengkel Thunderist Pit Stop (TPS).


Gbr 1

Gbr 2

Gbr 3

Gbr 4

Masih menurutnya. “Karena banyak yang mengalami, maka gue putar otak gimana cara mengatasi, akhirnya ketemu dengan mengandalkan lampu LED (Light Emitting Diode) (gbr.2), biayanya murah dan daya tahan lama, bisa sampe 2 tahun!” seru pemilik bengkel yang berada di Jl. Raya Lenteng Agung, Jaksel ini sembari menambahkan kalo LED itu butuh arus enggak banyak.

Gimana cara pasang produk yang dihargai Rp 40 ribuan ini? Yuk, bongkar! Pertama, buka dua baut mika lampu rem dengan obeng kembang. Lalu, lepas bohlam orisinal dari tempatnya dengan memutarnya ke kiri (gbr.3), dilanjutkan memasukkan kabel LED dari fitting tadi.


Gbr 5

Gbr 6

Penempatan LED direkatkan pada reflektor. Agar rangkaian dapat menempel, siapkan lem perekat kaca atau glue gun (gbr.4) yang biasa dipakai untuk kaca akuarium. Bubuhkan di bagian sisi kiri dan kanan lampu LED (gbr.5).

Penyambungan rangkaian cukup simpel. Dari kabel LED yang berwarna merah disambung ke kabel warna abu-abu/cokelat. Lalu, kabel warna putih ke kabel warna putih/hitam, dan warna hitam ke kabel hitam/putih (massa) (gbr.6).

Nah, kalo penyambungan dan pengeleman sudah selesai, jangan lupa kabelnya diisolasi biar gak korslet. Trus, tes lampu LED-nya dengan menarik tuas rem depan atau menginjak rem belakang. Nyala, gak? Kalo rebes alias beres, tutup lagi mikanya.

Oke kannnnnn…?

Sumber : ototips.otomotifnet.com

>Step By Step Mencuci Motor Di Musim Hujan

February 22, 2010

>

OTOMOTIFNET – Datangnya hujan memang urusan alam dan tak bisa diprediksi. “Iya, kalo tiap turun hujan harus ke tukang cuci steam, bisa boncos (babak bekantong, red) gue,” ucap Salihan Khairun, mahasiswa perguruan tinggi swasta di Jakarta.

Makanya, biar kantong tidak jebol, bisa cuci motor sendiri. Seperti halnya tips yang diuraikan Avit, pemilik cuci steam Express Gembol (EG) di Jl. Palmerah Tengah 3, Jakbar. “Salah satu faktor yang paling besar menimbulkan baret halus (swirl mark) adalah kesalahan saat mencuci, jadi jangan anggap remeh setiap langkahnya,” ujar Avit.

Alat & Bahan

Peralatan utamanya; sampo dan applicator (media untuk mencuci). Kegunaan tiap peranti, perhatikan pembahasannya satu per satu, karena terkadang hal sepele justru malah terlewatkan.

Sampo mobil atau motor tentu paling baik digunakan untuk mencuci motor. Jangan pakai detergent (sabun colek, sabun cuci baju) untuk mencuci bagian bodi, karena kandungannya sangat keras dan tak sesuai untuk cat motor, mahal sedikit tak masalah yang penting cat motor awet.

“Tapi untuk bagian lain (sok, ban, mesin dan bagian lain yang bukan merupakan bagian dari cat utama) boleh saja pakai sabun detergent untuk membersihkannya,” ujarnya.

Gunakan applicator lembut dan tak membuat cat baret. Contoh grout sponge, sea sponge, wash mitt atau lambs wool. Jangan gunakan busa jok atau busa lain yang berpori-pori kasar dan kecil.

Karena jenis busa ini cenderung kasar dan menahan pasir. Cari yang pori-porinya besar sehingga kemungkinan menimbulkan baret halus (swirl mark) akan terhindar, karena pasir yang tertinggal di bodi akan terperangkap di dalam pori-pori applicator.


Jangan tinggalkan bercak air, bisa bikin water spot

Ember pertama diisi dengan campuran air dan shampo, yang lain isi air bersih

Tahap Pencucian

Siapkan dua ember. Ember pertama berisi sampo yg sudah tercampur air dan yang kedua hanya berisi air bersih saja. Semprot dengan air seluruh bagian motor, sampai yakin kalau kotoran dan debu rontok, dilanjut meratakan sampo yang ada di ember pertama.

“Ingat dimulai dari bagian atas dulu, dan sebelum pindah ke bagian lain, masukkan dulu applicator itu ke ember 2 yang berisi air saja, goyang-goyangkan applicatornya hingga sisa kotoran dan sampo turun, ulangi lagi langkah awal hingga selesai ke bagian akhir dari motor,” anjur pria ramah ini. Ulangi terus sampai yakin bersih. Semprot kembali bagian yang sudah dibersihkan itu hingga sisa sabun hilang dan bersih.

Pengeringan

“Pengeringan paling bagus sih pake microfiber waffle weaf drying towel. Memang harganya agak mahal, tapi dapat diganti lap chamois yang bagus,” ungkap pria berkacamata ini.

Lalu keringkan sampai ke bagian celah-celah motor dan usahakan agar lap itu terus dibilas, sehingga tetap bersih. Jangan tinggalkan bercak air sedikitpun.

“Karena bercak air yang tertinggal berpotensi untuk menciptakan bekas noda air (water spot) dan ampun deh.. Itu susah banget ngilanginnya kalo sudah bertahan lama,” tutupnya.

Sumber : ototips.otomotifnet.com

>Membersihkan Motor, Jangan Setengah-Setengah!

February 19, 2010

>OTOMOTIFNET – Hujan sudah sering mengguyur wilayah Jakarta dan sekitarnya. Pastinya itu membuat kegiatan cuci motor lebih sering dilakukan. Tambahan kegiatan tersebut, tentu tidak terlalu menjadi beban pengguna motor. Pasalnya banyak penyedia jasa cuci motor. Dengan Rp 8.000 dan menunggu kurang lebih 30 menit, besutan bersih kembali.

Meski demikian buat motor sport seperti Honda Tiger, ada beberapa lokasi yang sering terlihat kotor walaupun sudah pakai jasa cuci motor. Mau tak mau dan suka tak suka, biar bersihnya total, bagian-bagian tersebut meski dibersihkan sendiri secara khusus.

Mau tahu apa saja bagian-bagian itu? Ya, cipratan ban depan, juga membuat tanah yang terbawa air hujan menempel di sekitar main-frame (gbr.1). “Jangan dibiarkan, bisa menimbulkan karat di bagian tersebut,” ucap Hasan Basri, mekanik bengkel umum Hasan Motor (HM) di kawasan Kelapa Dua, Jakbar.


Gbr 1

Gbr 2

Gbr 3

Gbr 4

Untuk membersihkannya, tidak susah kok. Cukup sediakan kunci ring ukuran 12 untuk buka baut pengunci tangki bensin dan selanjutnya copot part tersebut (gbr.2). Baru deh, bersihkan main-frame yang kotor cukup dengan air sabun (gbr.3). Pastikan bersih secara merata dan kemudian keringkan. “Bisa juga setelah kering, diberi cairan pemoles cat. Ini agar cat di main-frame juga terawat,” kata Hasan.

Bagian lain yang kadang terlihat masih kotor adalah dalaman sok bagian belakang. Memang sih, tidak terlalu kelihatan namun buat biker pencinta kebersihan hal tersebut tetap mengganggu pemandangan.

Untuk membersihkan bagian tersebut, cukup dengan melilitkan kain basah yang sudah dicelup air sabun di sela-sela per sok (gbr.4). Selanjutnya putar, sesuai arah putaran per sok. “Arahnya bisa ke bawah maupun sebaliknya. Selain bisa membersihkan dalaman sok, hal tersebut juga bisa hilangkan kotoran di sisi dalam per sok,” ungkap Awi, mekanik bengkel OSS di Jl. Kebon Jeruk, Jakbar.

Sumber : ototips.otomotifnet.com

>Tekanan Angin Ban Vs BBM Dan Akselerasi. Lembek, Montok Atau Keras?

February 19, 2010

>

OTOMOTIFNET – Cara bawa motor sama, tunggangan pun serupa, tetapi kok motor orang lain lebih enak dipakai, ya? Padahal sama-sama masih standar lho, enggak ada yang dikorek atau pun diubah-ubah.

Mirip adu kebut alias balapan, banyak faktor yang bikin motor bisa lebih dulu di depan. Begitu pun tunggangan sehari-hari, bisa saja lebih laju dan irit, asal tahu permasalahannya, kan?

KURANG LAJU

Boleh dibilang ada yang kerap luput dari perhatian. Perihal yang tergolong sepele padahal cukup penting. Tekanan angin ban. Biasanya, kalau terasa goyang kiri-kanan saja si karet bundar ini diperhatikan tekanan anginnya, selama belum goal-geol ya, bejek teruuus baangg…!

Seberapa penting sih, pengaruh tekanan angin ban ini buat akselerasi dan konsumsi bahan bakar? OTOMOTIF mencobanya dengan menggunakan Yamaha Sorpio Z, dengan bobot penunggang 94 kg. Tekanan angin yang digunakan ada tiga, yaitu dalam kondisi agak kempis, normal dan terlalu kencang tekanannya.


Gbr 1

Gbr 2

Gbr 3

Pada kondisi agak kempis, tekanan angin ban depan 18 psi dan belakang 22 psi, sementara normal, depan 28 psi belakang 32 psi, sementara setelan agak ‘kurang ajar’ dengan ban, tekanan yang cukup bikin bantingan keras, depan 35 psi belakang 50 psi.

Sebagai perbandingannya, dilakukan pengujian akselerasi cepat dengan kecepatan 0-100 km/jam serta akselerasi pertengahan, 40-60 km/jam. Akselerasi pertengahan ini dilakukan dengan penggunaan persneling pada posisi 3 agar parameternya sama.

Pada uji coba pertama, tekanan angin ban normal yang dipakai (gbr.1), tercatat akeselerasi 0-100 km/jam dicapai dalam waktu 13,2 detik sedang akselerasi pertengahannya, 2,3 detik. Konsumsi bahan bakar pun tercapai rata-rata seliter buat 27 kilometer, dengan berbagai kondisi kecepatan.

Kemudian dilakukan pengetesan dengan ban kempis (gbr.2), akselerasi terasa berat, 0-100 dicapai lebih lama 14 detik, lantas akselerasi pertengahannya 2,8 detik. Paling kentara soal konsumsi bahan bakar, seliter dipakai dalam jarak 25 kilometer.

Lalu, pada kondisi ban terlalu keras, akselerasi tak jauh berbeda dibanding kondisi normal, yaitu 0-100 km/jam 13,6 detik, kenapa lebih lambat? Putaran roda belakang lebih banyak selip karena roda kurang menggigit.

Sementara akselerasi pertengahan tak terpaut jauh, karena putaran mesin tak teralu menyentak, 2,4 detik saja angkanya. Konsumsi bahan bakar pun tak beda yang didapat seliter untuk 27 kilometer.

Kesimpulannya, ban kempis merugikan pengendara, selain kendali motor jadi kurang baik, juga bisa memperlambat laju serta bikin boros bahan bakar, karena hambatannya lebih tinggi.

Bayangkan jika satu tangki Scorpio (13 liter) yang seharusnya bisa menempuh jarak 351 kilometer, hanya menjadi 325 kilometer.

Cukup banyak bukan? Dibanding menambah tekanan angin ban yang hanya Rp 1.000 per ban? (gbr.3) Sementara tekanan terlalu keras pun memberikan tingkat kenyamanan yang rendah, bahkan membuat beberapa komponen jadi tidak awet, seperti sokbreker, bearing as roda hingga busa jok, tetapi tidak memberikan penghematan bahan bakar atau pun akselerasi yang lebih baik.

Sumber : ototips.otomotifnet.com

>Panduan Ganti Kabel Spidometer Suzuki Thunder 125

February 18, 2010

>

OTOMOTIFNET – Di tiap edisi, kami selalu ingatkan, agar besutan awet, ya harus dirawat. Tapi masih saja ada motormania cuek. Sehingga, begitu tunggangan bermasalah, baru deh panik. Seperti dialami Hadi Prana, pemilik Suzuki Thunder 125 edisi 2007.

Akibat kurang peduli sama si Thundie, warga Jl. Pedurenan No.8, Karang Tengah, Tangerang, Banten ini langsung pusing tujuh keliling. Gara-gara, alat pengukur kecepatannya alias spidometer gak bergerak. Wah, ada apa nih! Bingungnya sembari garuk-garuk kepala.

Gara-gara hal itu, pria berjenggot ini jadi gelisah. “Wajar, sebab berkendara jadi tak ada patokan kecepatannya. Nanti bisa celaka lagi,” khawatir Hadi. Makanya, ia pun langsung meluncur ke dealer Suzuki Daanmogot (SD), di Jl. Raya Daanmogot No.116a, Jakbar.

Di depan Triyanto (kepala mekanik SD), dengan tampang paniknya, Hadi mulai berkoar masalah yang sedang dihadapinya. “Kalau spidometer mati, mungkin kabel spido sudah gak benar (gbr.1),” ucap kepala mekanik sopan ini. “Nah, ada beberapa faktor yang menyebabkan spidometer tak berfungsi.”


Gbr 1

gbr 2

Gbr 3

Gbr 4

Misal, kotor. “Sehingga kotoran itu menyelimuti peranti yang biasa disebut gigi nanas. Alhasil mekanisme penggeraknya macet dan bikin kabel spido putus (gbr.2),” jabarnya. Selain itu menurutnya, mengerem mendadak saat besutan melaju kencang juga bisa memicu problem itu, lo.

Jadi, motomania harus rajin mengecek peranti yang mudah dimasukin kotoran. “Minimal 1 bulan sekali untuk merawatnya,” sarannya. Oke sebelum membongkar motor Hadi, tebus dulu peranti itu Rp 45 ribu. “Harga itu sudah termasuk ongkos pasang, ya,” bilang kepala mekanik ini.

Buat membongkar peranti ini cukup gunakan tang, bensin dan gemuk. Pertama yang dilakukan Triyanto, membuka pengait kabel gas pakai tang (gbr.3). “Oh iya sekalian copot bagian atas yang ada di spidometer, ya,” tuturnya.

Sebelum pasang yang baru, bersihkan dulu gigi nanas dengan semprotan angin dan bensin (gbr.4). Itu biar kotoran mudah rontok. Kalau sudah, kasih gemuk secukupnya (gbr.5), agar puturannya lancar. Lantas pasang yang baru, deh. Tahapannya tinggal membalik langkah kerja waktu membuka tadi.

Gimana, berfungsi lagi, kan?

Sumber : ototips.otomotifnet.com

>Kalibrasi Settingan Motor Agar Tetap Fit Di Musim Hujan

February 17, 2010

>


Gbr 1

Gbr 2

Gbr 3

Gbr 4

OTOMOTIFNET – Memasuki musim hujan, konsumsi BBM motor kesayangan terasa lebih boros. Ditambah lagi, saat memanaskan mesin di pagi hari, sulit diajak langsam (stasioner) meski tuas choke sudah ditarik. Ada apa gerangan? Padahal rutin melakukan perawatan mesin.

Sangat mungkin setting mesin tak lagi sesuai sama suhu yang cenderung lebih dingin. Curah hujan tinggi bikin volume udara lebih padat dan suhu kerja mesin ideal sulit dicapai. “Perlu dikalibrasi ulang untuk penyesuaian,” tutur Sarjono dari Jon Speed di daerah Pondok Aren, Tangerang.

SUHU KERJA MESIN IDEAL
Beberapa bagian mesin yang selama ini perlu penyetelan seperti celah klep, celah busi, udara karburator hingga tekanan angin ban perlu diadjust untuk mengantisipasi suhu dingin dari biasanya. Makanya, pabrikan sengaja memberi rentang untuk setelan klep antara 0,04-0,08 mm di buku manual.

Pemilik motor sudah sepantasnya menyesuaikan setelan motor untuk efisiensi dan performa terbaik. Termasuk di dalamnya menentukan oktan bahan bakar yang ideal untuk aplikasi sehari-hari. Volume udara yang lebih padat, menuntut suplai bahan bakar yang lebih sedikit ketimbang saat cuaca panas.

Ini karena proses combustion (pengabutan) bisa dilakukan dengan sempurna hanya dengan suplai bahan bakar yang lebih minim dan oktan lebih tinggi. Membuat bahan bakar menjadi ideal bisa dilakukan dengan banyak cara.

Langkah pertama, setel ulang kerenggangan pelatuk klep (celah klep). Bila selama ini disetel 0,04-0,06 mm, bisa dibuat lebih renggang (gbr.1). “Semakin kecil bukaan klep, kian minim debit bensin yang masuk ruang bakar,” terang Mas Jon, panggilan akrab Sarjono.

Celah busi juga bisa dibuat lebih rapat untuk menghasilkan api yang tetap tebal pada putaran atas. Selain dari torsi motor bertambah, pembakaran dengan volume udara yang lebih padat bisa lebih sempurna (gbr.2). Bila tadinya memakai setelan celah busi 0,75-0,80 mm, kini bisa dirapatkan dengan kerenggangan 0,60 mm.

Selanjutnya, setel ulang pengabutan dengan memutar baut setelan angin karburator. Biasanya, setelah melakukan beberapa penyesuaian di atas, setelan angin ikut berubah (gbr.3). Pastikan filter udara dan filter bensin dalam kondisi bersih untuk hasil penyetelan terbaik.

Last but least, adalah tekanan angin ban. Secara tidak sadar, kondisi cuaca lebih dingin kerap membuat tekanan udara di dalam ban menurun (gbr.4). Periksa tekanan secara rutin untuk memastikan tekanan selalu ideal (28-30 psi). Ban yang kurang angin juga jadi penyebab borosnya bahan bakar. “Ban terlihat tak kempis tetapi sebenarnya kurang angin,” tutup Jon.

Sumber : ototips.otomotifnet.com