Archive for the ‘Karburator’ Category

>Aplikasi Karburator Suzuki Satria FU di Thunder 125, Ampuh Tingkatkan Performa

December 30, 2010

>

Tangerang – Performa Suzuki Thunder 125 terbilang cukup lah buat dipakai beraktivitas. Meski menurut beberapa mekanik, ada beberapa kendala yang kerap menyerang motor sport pabrikan berlambang S ini.

“Skep karburator gampang baret. Waktu masih kerja di bengkel Suzuki, beberapa kali saya ketemu masalah tersebut. Bisa jadi lantaran kurang perawatan,” aku Muhamad Supriyadi, mekanik Ultraspeed di kawasan Jl. Mencong, Tangerang.

Tapi ada segelintir anggapan bahwa kualitas bahan karbu Thunder 125 (Mikuni BS26SS) agak melempem. Tidak seperti pengabut bahan bakar dari keluarga Suzuki lainnya.

Makanya kata Choki (panggilan akrab Supriyadi), tak jarang pemilik Thunder menggantinya pakai karburator Satria FU, Mikuni BS26-187 (gbr.1).

“Selain diameter venturinya sama, karburator Satria FU lebih awet jeroannya dan bisa ningkatin performa mesin. Saya sudah pernah menerapkannya di motor konsumen,” tukas Choki.

Apalagi, lanjut pria peranakan Jakarta-Jawa ini, pemasangannya tinggal plug and play alias tidak perlu mengubah apa-apa.

Paling hanya perlu menyesuaikan ukuran spuyer (gbr.2). Untuk mesin standar, pilot jet sebaiknya pakai ukuran 15 (standar Satria FU: 12,5). Sementara main jet pakai ukuran 105 atau 110.

“Selain itu, bila tetap pakai dudukan selongsong kabel choke bawaan karbu FU, kabelnya agak dipendekin sedikit,” terang Choki.

Yuk, mending kita langsung buktikan saja ucapan Choki. Yakni dengan mengukur perubahan performa mesin lewat mesin dyno milik Ultraspeed (Dynomite buatan Amerika).

Bahan praktiknya di Thunder 125 standar keluaran 2006 yang sudah menempuh jarak 43 ribu km. Power maksimum standar motor itu terukur sebesar 9,739 dk/9.459 rpm. Sedang torsi puncaknya 8,515 Nm/6.554 rpm (lihat hasil dyno gbr.3)

Setelah mengukur performa standar, karburatornya lalu diganti pakai punya Satria FU. Namun saat pengukuran, pilot jetnya tetap menggunakan ukuran 12,5. Sedang main jet pakai 105. Putaran sekrup udaranya standar (1 3/4 putaran membuka).

Hasilnya, tenaga maksimum terkerek jadi 10,02 dk/9.857 rpm (naik 0,281 dk). Sedang torsi puncak naik jadi 8,637 Nm/6.603 rpm (naik0,122 Nm).

“Kayaknya masih bisa lebih besar lagi. Karena ketika hasil pembakaran pada busi (gbr.4) dicek, kelihatan masih agak kering. Kalau pilot jet dinaikkan 1 step lagi (jadi 15), saya yakin peak power dan torsinya bisa lebih tinggi lagi,” tutup Choki.

Tertarik?

Data Hasil Pengujian Dyno
Kondisi Max power Max torque
Karbu STD 9,739 dk/9.459 rpm 8,515 Nm/6.554 rpm
Karbu Satria FU 10,02 dk/9.857 rpm 8,637 Nm/6.603 rpm

Sumber : ototips.otomotifnet.com

var geo_Partner = ‘5fad2c58-e266-4307-a320-e57f7ac8e9c0’; var geo_isCG = true;

>Aplikasi Karburator Suzuki Satria FU DI Yamaha Nouvo Z

December 28, 2010

>

OTOMOTIFNET – Ada seorang pembaca yang mengeluh soal performa dapur pacu Yamaha Nouvo Z miliknya yang bermasalah. Yakni tarikan motor terasa lambat dan ada gejala mbrebet. Kecurigaan Adhe, sumber masalah datang dari sistem auto choke di karburator yang tidak bekerja dengan baik.

“Saya sempat tanya ke mekanik, katanya Nouvo Z memang ada kelemahan di karburator lantaran menganut sistem cuk otomatis. Beberapa temannya menyarankan untuk mengganti karburator pakai punya Suzuki Satria FU. Apa positif dan negatif penggantian karburator tersebut?” tanya Ade via email.


Gbr 1

Gbr 2

Gbr 3

Gbr 4

Oh iya, perlu diketahui terlebih dulu bahwa karburator standar Nouvo Z adalah Mikuni BS25 dengan sistem cuk otomatis. Sementara punya Satria FU adalah Mikuni BS26 dengan sistem cuk model tarik pakai kabel.

Nah, menurut Maman Sugiman, kepala instruktur Hartomo Mechanical Training Center (HMTC) Depok, Jabar, umumnya penggantian karburator berdiamter venturi lebih gede dari standar, bisa memperbaiki atau menambah performa mesin. “Dengan catatan, settingan yang dilakukan pada karburator pengganti itu tepat. Seperti ukuran spuyer, setelan angin dan sebagainya,” terang Boim, sapaan akrabnya.

Namun biasanya penggantian karburator, apalagi yang konstruksinya berlainan kayak punya Satria FU (meski sama-sama tipe BS), butuh ubahan yang tidak sedikit. “Bisa sih bisa, tapi mesti ada beberapa hal yang mesti disesuikan. Antara lain kalau ingin mengaktifkan choke manualnya, mesti tambah mekanisme penarik choke (gbr.1) kayak di Nouvo model lama (Sporty),” ujar Boim.

Selain itu, lantaran diameter luar venturi karburator yang menuju karet intake manifold milik Satria FU lebih besar 3 mm (gbr.2) dari karbu standar (34 mm), maka mau tidak mau mesti memangkas (bubut) sedikit diameter luar venturi tersebut atau menipiskan sedikit diameter dalam karet intake (gbr.3).

Belum cukup sampai di situ, setelah karburator terpasang, giliran memikirkan posisi kabel gas yang terpasang pada karburator. Punya Satria FU, posisi kabel gas pada karburator letaknya di atas sebelah kanan. Sementara bawaan Nouvo/Nouvo Z adanya di samping kiri.

“Kalau pakai karbu Satria FU, mau tak mau mesti cari kabel gas yang ujungnya pakai pipa bengkok (gbr.4). Atau bisa juga diakali pakai selongsong kabel choke punya Nouvo/Nouvo Z sendiri. Itu pun cover dek tengah atas harus dilepas bila tak ingin kabel gas mentok. Agak repot memang,” tukas pria asli Kuningan, Jabar ini.

Masih kata Boim, paling gampang dan tidak butuh ubahan banyak lebih baik pakai saja karbutor Nouvo yang lama (Sporty).”Paling cuma nambah kabel choke dan mekanisme penariknya. Bisa juga choke-nya dinonaktifkan, tapi biar mesin mudah hidup waktu dingin, pilot jetnya ganti yang lebih gede 1 step,” tutup pria kelahiran 1982 ini.

Hayo pilih mana?

Sumber : ototips.otomotifnet.comvar geo_Partner = ‘5fad2c58-e266-4307-a320-e57f7ac8e9c0’; var geo_isCG = true;

>Rawat Kabel Choke, Biar Bebas Dari Brebet

December 10, 2010

>OTOMOTIFNET – Choke, meski sering kami bahas, tapi tetap aja masih ada motormania yang dibuat ribet gara-gara peranti itu. “Akibat mekanisme cuk bermasalah, saya pernah terlambat masuk kantor dan diomelin bos,” keluh Rachmat, pembesut Honda Tiger 2006.

Problem itu terjadi akibat kurang perawatan. Alhasil, saat difungsikan (dibuka), ogah balik, sehingga mesin pun brebet-brebet. “Padahal biasanya enggak gitu, lo. Malah jarang pakai cuk, distarter langsung mau,” sambungnya. Nah, justru karena itu, Bro! Kelamaan gak difungsikan, ditambah sekarang lagi musim hujan, bukan mustahil peranti itu ngadat alias macet (gerak maju mundur kabel bajanya enggak lancar). Awalnya memang sepele, tapi ngeselin, kan?

Terbukti, setelah pulang kerja dan dicek sendiri, ternyata di dalam rumah kabel cuk banyak karatnya. Namun setelah semua dibersihkan pakai cairan penetran atau anti karat, choke berfungsi normal kembali. Nah, bagi Anda yang ogah mengalami ini, sebaiknya lakukan perawatan dan antisipasi dini. Caranya gampang, kok. Tahapannya, silakan ikuti langkah yang dilakukan Rachmat buat merawat/membersihkan kabel choke di Tiger-nya.

Oh ya, jangan lupa perkakasnya, ya. “Cuma perlu mempersiapkan obeng kembang dan cairan penyemprot anti karat yang bisa ditebus kisaran Rp 25-30 ribu,” ujar pria yang mengaku jarang menengok peranti tersebut.

Pertama buka dua baut pengikat panel lampu bagian kiri (rumah kabel cuk bagian atas) pakai obeng kembang (gbr.1), lanjutkan melepas kabel cuk dari dudukannya. Lalu semprot rumah kabel cuk dari atas, pakai semprotan anti karat (gbr.2).

“Lakukan berulang kali, hingga kotoran/karat yang ada di dalam rumah kabel cuk rontok. Bisa dilihat dari ujung selongsong kabel gas bagian bawah, dekat karbu (gbr.3),” anjur pria umur 26 tahun ini.

Kalau cairan yang turun sudah berwarna bening (bersih) berarti kemungkinan besar karat sudah luruh semua. Lanjutkan dengan memberi pelumas/oli dari lubang atas rumah kabel gas (gbr.4), agar saat kabel ditarik ulur makin lancar.

“Terakhir, biar kinerja komponen kabel choke tambah optimal, per-nya yang terhubung dengan throttle/katup kupu-kupu karburator (gbr.5), disemprot sekalian. Sehingga kotoran yang menempel pada per juga lepas,” tutupnya.

Sumber : ototips.otomotifnet.com

>Substitusi Spuyer Yamaha Scorpio Z, Harus Jajal Dulu!

December 4, 2010

>OTOMOTINET – Salah satu problem yang sering dikeluhkan pemilik Yamaha Scorpio Z, adalah knalpot sering memperdengarkan suara nembak saat gas ditutup. Tak sedikit mekanik menyarankan untuk menaikkan ukuran spuyer di karburator. Terutama pilot jet. Sementara penggantian main jet, cenderung dilakukan ketika dapur pacu sudah di-upgrade.

Tapi sayangnya, spuyer dengan ukuran lebih gede dari standar bawaan motor buat Scorpio tak ada produk ori-nya. Bahkan untuk mencari ukuran standar orisinal saja tidak mudah. Seperti pengakuan Wily V via surat elektronik pada OTOMOTIF.

“Saya mau tanyakan mengenai pilot jet dan main jet untuk motor saya Scorpio. Saya berniat menaikkan ukuran pilot dan main jet-nya. Tetapi ukurannya susah untuk dicari,” tutur Willy. Oh iya, masih kata Wily, bahwa ukuran pilot jet standar Scorpio miliknya adalah 17,5. Sedang main jetnya 112.




Gbr 1

Gbr 2

Gbr 3

Yang ia tau, pilot dan main jet motornya tersebut setipe bentuknya dengan punya Yamaha F1ZR dan Suzuki Satria. Tapi pada saat ia mencoba beli pilot jet ukuran 20 punya F1ZR, teryata ketika diperhatikan lubangnya lebih kecil dibanding pilot jet asli Scorpio.

“Mohon bantuannya berapa ukuran yang harus saya pakai jika pakai kepunyaan F1ZR atau Satria yang ukurannya lebih gede dari pilot dan main jet asli bawaan Scorpio. Karena untuk dapat yang asli buat Scorpio, saya tidak menemukannya,” harap Wily pada OTOMOTIF.

Menurut Romi Indarmadi dari bengkel Pendawa Motor di Jl. Mesjid Raya Jati Cempaka, Pondok Gede yang kerap menangani upgrade performa Scorpio, bahwa pilot jet Scorpio memang sama bentuknya dengan Force 1 atau F1ZR (gbr.1). Sedang untuk main jet bisa cari punya Mikuni TM (gbr.2).

“Kalau pilot jet asli Force 1, ukurannya lebih besar dari Scorpio. Ada yang sampai 22,5. Tapi bila yang ditebus adalah produk aftermarket, terkadang besarnya lubang suka tidak sesuai dengan ukuran. Jadi sebaiknya cari spuyer yang asli punya motor lain. Bisa juga pakai spuyer karburator racing kayak Mikuni TM,” saran Romi.

Berbeda dengan pendapat Suar, mekanik Bintang Racing Team (BRT) di Cibinong Jabar. Dari pengalamannya mengoprek mesin Scorpio, ia tidak menemui kendala saat mengaplikasi spuyer aftermarket.

“Waktu itu saya pakai spuyer merek Extreme dan AHRS (gbr.3). Karena menerapkan porting polish, cuma naik pilot jetnya saja 1 step (ukuran 20). Sejauh ini tak ada kendala berarti. Hasil pembakaran terlihat baik kok,” aku Suar.

Memang, lanjut Suar, terkadang kalau dilihat sekilas, besar lubang seperti tidak sesuai dengan ukuran. Tapi untuk memastikan sesuai tidaknya sama kebutuhan mesin, ya harus dijajal dulu.

“Kan bisa dirasakan dari perubahan putaran atau performa mesin, atau bisa dilihat dari hasil pembakaran di busi. Termasuk bila pakai spuyer punya motor lain. Asalkan bentuknya sama dan ukuran yang dicari lebih gede, ya coba jajal dulu. Namanya juga trial and error. Kalau masih belum pas, coba naikkan lagi 1 step,” sarannya.

Sumber : ototips.otomotifnet.com

>Aplikasi Karburator Suzuki Satria FU DI Yamaha Nouvo Z

November 25, 2010

>

OTOMOTIFNET – Ada seorang pembaca yang mengeluh soal performa dapur pacu Yamaha Nouvo Z miliknya yang bermasalah. Yakni tarikan motor terasa lambat dan ada gejala mbrebet. Kecurigaan Adhe, sumber masalah datang dari sistem auto choke di karburator yang tidak bekerja dengan baik.

“Saya sempat tanya ke mekanik, katanya Nouvo Z memang ada kelemahan di karburator lantaran menganut sistem cuk otomatis. Beberapa temannya menyarankan untuk mengganti karburator pakai punya Suzuki Satria FU. Apa positif dan negatif penggantian karburator tersebut?” tanya Ade via email.


Gbr 1

Gbr 2

Gbr 3

Gbr 4

Oh iya, perlu diketahui terlebih dulu bahwa karburator standar Nouvo Z adalah Mikuni BS25 dengan sistem cuk otomatis. Sementara punya Satria FU adalah Mikuni BS26 dengan sistem cuk model tarik pakai kabel.

Nah, menurut Maman Sugiman, kepala instruktur Hartomo Mechanical Training Center (HMTC) Depok, Jabar, umumnya penggantian karburator berdiamter venturi lebih gede dari standar, bisa memperbaiki atau menambah performa mesin. “Dengan catatan, settingan yang dilakukan pada karburator pengganti itu tepat. Seperti ukuran spuyer, setelan angin dan sebagainya,” terang Boim, sapaan akrabnya.

Namun biasanya penggantian karburator, apalagi yang konstruksinya berlainan kayak punya Satria FU (meski sama-sama tipe BS), butuh ubahan yang tidak sedikit. “Bisa sih bisa, tapi mesti ada beberapa hal yang mesti disesuikan. Antara lain kalau ingin mengaktifkan choke manualnya, mesti tambah mekanisme penarik choke (gbr.1) kayak di Nouvo model lama (Sporty),” ujar Boim.

Selain itu, lantaran diameter luar venturi karburator yang menuju karet intake manifold milik Satria FU lebih besar 3 mm (gbr.2) dari karbu standar (34 mm), maka mau tidak mau mesti memangkas (bubut) sedikit diameter luar venturi tersebut atau menipiskan sedikit diameter dalam karet intake (gbr.3).

Belum cukup sampai di situ, setelah karburator terpasang, giliran memikirkan posisi kabel gas yang terpasang pada karburator. Punya Satria FU, posisi kabel gas pada karburator letaknya di atas sebelah kanan. Sementara bawaan Nouvo/Nouvo Z adanya di samping kiri.

“Kalau pakai karbu Satria FU, mau tak mau mesti cari kabel gas yang ujungnya pakai pipa bengkok (gbr.4). Atau bisa juga diakali pakai selongsong kabel choke punya Nouvo/Nouvo Z sendiri. Itu pun cover dek tengah atas harus dilepas bila tak ingin kabel gas mentok. Agak repot memang,” tukas pria asli Kuningan, Jabar ini.

Masih kata Boim, paling gampang dan tidak butuh ubahan banyak lebih baik pakai saja karbutor Nouvo yang lama (Sporty).”Paling cuma nambah kabel choke dan mekanisme penariknya. Bisa juga choke-nya dinonaktifkan, tapi biar mesin mudah hidup waktu dingin, pilot jetnya ganti yang lebih gede 1 step,” tutup pria kelahiran 1982 ini.

Hayo pilih mana?

Sumber : ototips.otomotifnet.com

>Atasi Karburator Vega-R Banjir, Cegah Loyo Plus Kebakaran

January 22, 2010

>OTOMOTIFNET – Karburator merupakan tempat pengabutan bahan bakar dan udara sebelum dialirkan ke ruang bakar. Makanya, alat itu harus bekerja dengan sempurna. Kalau tidak, dijamin besutan ngadat, mulai dari mogok, loyo atau boros bensin.

Penyakit yang juga sering dijumpai, bensin banjir dari knalpot. Seperti dialami Bambang penunggang Yamaha Vega R 2005. “Sepulang kuliah, pas gue tinggal beberapa menit, kecium bau bensin. Eh, ternyata karbunya banjir,” serunya.


Gbr 1

Gbr 2

Gbr 3

Gbr 4

Daripada memicu kebakaran, pria muda ini langsung pergi ke bengkel langganannya di Jl. Pengairan, Bintaro, Tangerang. Dengan keluhan itu, Ari Gepenk, mekanik Gmotor, melakukan pengecekan dan sekaligus solusinya.

“Untuk motor yang berumur 1 tahun lebih, penyebab karbu banjir, yaitu peranti itu kotor, saluran pembuangan bensin mampet, atau jarum pelampung yang gak rata alias sudah tajam,” jelas Ari panjang lebar.

Sebelum tunggangan warga Tangerang ini ‘dioperasi’, tentu menyediakan peralatannya; obeng kembang (+), obeng minus (-) dan kunci L-5. Jangan lupa wadahnya, ya!

Pertama buka semua baut bodi atau sayap kiri-kanan pake obeng (+). Lalu, coot baut intake manifold di blok mesin dengan kunci L-5. Lalu buka 4 baut penampung karbu pakai obeng (+).


Gbr 5

Sudah? Sekarang lepas satu per satu peranti pendukung karbu itu, main dan pilot jet pakai obeng min (gbr.1). Dilanjutkan membuka pelampung berikut jarum pelampung dengan mendorong pengganjalnya, lalu copot saluran pembuangan pake obeng (+) (gbr.2).

Untuk memperlancar main dan pilot jet bisa ditiup atau ditusuk di lubang-lubangnya pakai peniti (gbr.3). “Trus! Cek jarum pelampungnya, kalo peranti itu sudah rusak atau tajam (gbr.4), harus diganti baru,” ujar pria banyak akal ini.

Masih kata Gepenk, harga orisinal jarum pelampungnya saja dibanderol Rp 35 ribu, sedang repair kit (gbr.5) merek Fukuyama sekitar Rp 20 ribuan (satu set) dan kalo spare-partnya gak ada, bisa pakai jarum pelampung Honda Grand yang harganya juga sama.

Nah, bila penyakitnya sudah ketahuan, lebih baik segera diganti baru. Daripada memadamkan, kan lebih baik mencegah terjadi kebakaran. Ya, gak?

Sumber : ototips.otomotifnet.com

>Cuci Ulang Filter Udara, Performa Kembali Lega

January 21, 2010

>

OTOMOTIFNET – Komponen ini boleh dibilang mempunyai umur yang bergantung pada keadaan lingkungan sekitar. Kalau dipakai pada rute yang berdebu, tak jarang penggantian akan sering dilakukan.

Sementara pada daerah yang tak berdebu akan diganti dalam jangka waktu lama. Tetapi, kalau ada yang bisa dicuci ulang, tentu filter udara akan tetap lebih hemat, bukan? Bagaimana mencucinya dan ada tips lebih hemat untuk jangka panjang, mau tahu? Baca yaa…

OLI SOKBREKER

Pada umumnya penggantian filter udara dilakukan sekitar 20 ribu kilometer. Melihat jarak tempuh yang normal, boleh dibilang harganya tidak mahal, rata-rata dijual pada kisaran Rp 40-70 ribu rupiah, meski ada produk yang dilego lebih mahal.


Gbr 1

Gbr 2

Gbr 3

Tetapi, ketika penunggang motor kerap melewati jalan berdebu, tentu umur pakainya akan lebih pendek, karena filter tertutup debu yang cukup banyak. Kalau sudah begini, sebaiknya pilih filter yang bisa dicuci ulang.

Beragam filter dijual di pasaran dari yang berharga Rp 70 ribuan, hingga di atas Rp 100 ribu. Daya saringnya bagus, malah ada yang berpendapat bisa meningkatkan tenaga pula, sebagai bonus penggunaan. Tetapi, kesaktiannya ini bisa berkurang kalau penanganannya tidak tepat. Seperti cara pembersihannya.

Setelah beberapa pemakaian, akan tampak filter semakin kotor, performa tunggangan pun berkurang dan konsumsi bensin semakin boros. Kalau sudah begini, perlu dibersihkan, asalkan dibersihkan dengan cara yang benar, tentunya.

Pertama-tama lepaskan filter dari intake menggunakan obeng untuk melonggarkan pengikatnya terlebih dulu (gbr.1). Kemudian pisahkan bagian-bagiannya sehingga hanya tersisa penyaring udara saja.

Lantas, tak perlu pusing untuk mencari bahan pencucinya, cukup mengunakan air dan detergen saja. Sediakan dalam sebuah ember, gunakan detergen secukupnya, lalu celupkan filter ke dalamnya (gbr.2).

Setelah itu bilas menggunakan air bersih (gbr.3), lalu diamkan hingga benar-benar kering. “Jangan ditiup menggunakan angin bertekanan, karena bisa merusak elemennya,” tukas Ade Rahmat dari bengkel OSS, di Jl. Panjang, Kebon Jeruk, Jakbar.

Kemudian, setelah kering oleskan minyak pada elemennya, gunanya sebagai ‘penangkap’ kotoran. Nah, ini dia persoalannya, setelah bersih dan perlu diberi minyak, umumnya minyak khusus penyaring ini dijual dengan harga cukup mahal.

Tetapi ada cara murah, yaitu menggunakan oli encer saja. “Bisa menggunakan oli 10W-40,” tutur Ade, ada lagi yang mengaplikasi dengan melumuri filter dengan minyak sokbreker yang cukup murah, hanya berharga Rp 15-35 ribu saja.

Meski murah, tetap berfungsi sama dengan minyak filter aslinya.

Sumber : ototips.otomotifnet.com

var geo_Partner = ‘d9d498ef-9201-4636-96ba-379cf375149f’; var geo_isCG = true;